Yogyakarta, 3 Januari 2025 – Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang inklusif dan berorientasi pada keberagaman budaya, SMA Negeri 6 Yogyakarta menggelar Workshop Culturally Responsive Teaching. Acara ini berlangsung di Ruang Wijaya Dharma dan dihadiri oleh para guru mata pelajaran.
Workshop ini dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Sekolah, Ibu Sri Moerni, S.Pd., M.Pd. Dalam pidatonya, beliau menekankan pentingnya pendekatan pembelajaran yang responsif terhadap keberagaman budaya siswa sebagai salah satu langkah strategis untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis.
“Setiap siswa memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan tugas kita sebagai pendidik adalah menjadikan keberagaman tersebut sebagai kekuatan. Melalui workshop ini, saya berharap kita semua dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam mendampingi siswa dengan cara yang lebih inklusif,” ujar Ibu Sri Moerni.
Sebagai pemateri, Ibu Suciyati, S.Pd., dan Ibu Firda Afrisa, S.Pd., membawakan materi yang komprehensif terkait prinsip dan praktik Culturally Responsive Teaching. Ibu Firda Afrisa S.Pd menjelaskan konsep dasar pendekatan ini, yang menekankan pentingnya memahami latar belakang budaya siswa untuk menciptakan strategi pembelajaran yang relevan.
“Guru harus mampu mengenali dan menghormati identitas budaya siswa, serta mengintegrasikannya dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterlibatan mereka,” ungkap Ibu Firda.
Sementara itu, Ibu Suciyati S.Pd membagikan praktik nyata yang dapat diterapkan di kelas, seperti penggunaan materi pembelajaran yang multikultural, pengembangan komunikasi yang inklusif, dan strategi evaluasi yang adil. Peserta workshop juga diajak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait tantangan serta solusi dalam menerapkan pendekatan ini.
Acara berlangsung dengan lancar dilanjutkan partisipasi aktif para peserta dalam sesi tanya jawab. Workshop ini diakhiri dengan komitmen bersama untuk terus mengembangkan praktik pembelajaran yang responsif terhadap budaya. SMA Negeri 6 Yogyakarta berharap melalui langkah ini, para pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, berempati, dan menghargai keberagaman.